Cilegon, CNO – Selama pelaksanaan kampanye Pilkada Kota Cilegon yang digelar sejak 26 September 2020, pengamat menilai, paslon nomor 1, Ali Mujahidin – Firman Mutakin (Mulia) dinilai unggul dalam menarik simpati masyarakat.
Bahkan pengamat menilai, sejumlah paslon di Pilkada Cilegon lainnya masih belum efektif dalam membangun opini dan citra positif untuk meraih simpati pemilih.
Saat menggelar diskusi bareng wartawan, Pengamat Aat Surya Syafaat mengatakan, dari sisi ketokohan, empat paslon di Pilkada Cilegon relatif imbang dan memiliki tingkat popularitas yang sama.
Kendati demikian, menurut prediksinya, persaingan sebenarnya hanya terjadi antara paslon Ali Mujahidin – Firman Mutakin dan kubu petahana, Ati – Sokhidin.
“Khusus Pilkada Cilegon ini, saya secara khusus ingin katakan bahwa ada dua paslon yang kemungkinan bersaing ketat, Ali Mujahidin-Firman Mutakin versus Ati-Sokhidin,” kata Aat saat menjadi Assesor Uji Kompetensi Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (UKW-PWI) di Cilegon, beberap waktu lalu.
Namun Aat tak menafikan paslon lain lantaran menurutnya semua kandidat memiliki tingkat popularitas yang relatif sama dan memiliki basis massa yang jelas sehingga akan terjadi persaingan yang sengit.
Aat yang juga Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI) ini menilai, penentu keunggulan pada Pilkada Cilegon kali ini adalah efektifitas dalam membangun opini dan citra positif, serta penyampaian gagasan dalam setiap kampanye.
“Masing-masing paslon menyadari arti pentingnya media dalam pembentukan dan penggiringan opini, baik media massa maupun media sosial,” ungkapnya.
Para kandidat menurutnya, harus meyakinkan para calon pemilih tentang bagaimana mengatasi isu utama yang ada di tengah warga Kota Cilegon, yakni masalah pengangguran yang tinggi dan makin mengkhawatirkan.
“Selain masalah pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur dan pelayanan publik yang banyak dikeluhkan warga. Dalam hal ini paslon Ali Mujahidin-Firman Mutakin yang nampak efektif dalam kampanye mengusung gagasan perubahan untuk Kota Cilegon,” ujar Aat.
Menurutnya, paslon ini memiliki nilai ketokohan dan popularitas yang unggul lantaran Ali Mujahidin adalah pimpinan ormas Islam yang berpengaruh, Al-Khairiyah.
“Serta cicit Ki Wasyid, seorang ulama dan pejuang Geger Cilegon dan cucu dari Pahlawan Nasional Brigjen KH Syam’un. Sementara Lian Firman adalah seorang artis yang sedang naik daun dan disukai oleh kalangan milenial dan kaum ibu,” tambahnya.
Dijelaskan Aat, pertarungan opini dan upaya membangun citra pada Pilkada di masa Pandemi COVID-19 ini, karena keterbatasan kampanye tatap muka, maka sangat efektif dilakukan melalui media massa dan media sosial.
Berdasarkan pengamatannya, dalam pemberitaan media dan media sosial, paslon yang mengusung jargon Mulia di setiap kampanyenya selalu lebih berani dan gamblang dalam penyampaian visi-misi dan program, dibanding paslon lain.
Diakui Aat, masyarakat akan lebih bersimpati para Paslon yang mampu memberikan solusi dan mampu berdialog soal programnya kedepan.
“Dukungan terhadap Ali Mujahidin-Lian Firman terlihat besar di grass root sebagaimana terbukti dari melimpahnya warga yang memberikan copy KTP dukungan kepada pasangan dari jalur independen itu,” tuturnya.
Di sisi lain, Aat menilai, paslon lain yang juga mengusung perubahan untuk Kota Cilegon tidak bisa dianggap enteng. Mereka selama ini juga mempunyai kedekatan dengan media dan masyarakat serta selalu berkampanye dengan cara-cara yang simpatik.
Sedangkan paslon Ati-Sokhidin, Aat menilai paslon petahana ini tidak mampu membendung opini negatif yang dicitrakan dan terlihat kesulitan membantah segala isu negatif yang diafiliasikan terhadap mereka.
“Calon petahana selama ini dinilai mempunyai keuntungan karena bisa memanfaatkan jaringan birokrasi dari organisasi perangkat daerah (OPD) sampai camat atau lurah,” ujarnya.
Kemudian dikatakan juga olehnya, ada yang beranggapan calon petahana dapat menggunakan dana APBD melalui bansos dan program lainnya. Calon petahana dianggap bisa lebih bebas bergerak dengan memanfaatkan sumber daya birokrasi dan anggaran.
“Hal ini terus terungkap dalam pemberitaan dan bisa menggerus citra,” timpalnya.
Melihat keunggulan citra positif yang dibangun, Aat menilai penantang akan bisa mengalahkan petahana di Pilkada Cilegon ini. Dirinya juga meyakini dengan filosofi bahwa mempertahankan itu lebih sulit daripada merebut.
“Artinya, peluang penantang sama besarnya dengan petahana. Bahkan sudah banyak bukti, penantang berhasil merebut kemenangan pada pilkada di sejumlah daerah, apalagi kalau petahananya mempunyai track record yang kurang baik,” ucapnya.
Menurutnya, kunci kemenangan itu kapabilitas, popularitas dan elektabilitas. Sedangkan popularitas ini meniscayakan adanya kedekatan dengan media, dan ini yang harus diutamakan oleh masing-masing paslon.
“Apalagi ada adagium yang menyebutkan bahwa ‘media bisa mengubah cacing menjadi naga, atau sebaliknya naga menjadi cacing’,” tegas Aat.
Mantan Direktur Kantor Berita ANTARA ini menilai, paslon Ali Mujahidin dan Firman Mutakin mampu membangun kedekatan dengan pemilih, dengan mengusung jargon yang sesuai realitas, menggunakan bahasa yang sederhana dan menyerap kearifan lokal.
“Salah satunya melalui jargon ‘Dinasti Korupsi Harus Terhenti’ dan juga program Rolas Karse,” kata pria asli Banten ini.
Dia mengatakan, membangun kedekatan dengan masyarakat dan berbicara dengan bahasa rakyat harus diutamakan oleh para paslon. Sebab dukungan Parpol sebanyak apapun tidak akan ada artinya tanpa adanya kedekatan dengan masyarakat, apalagi pilkada itu memilih figur bukan memilih parpol.
(*Fer/Red)