Cilegon, CNO – Tokoh masyarakat Cidunak, Kelurahan Bendungan Kecamatan Cilegon, Suwandi berharap, pemerintah memberi perhatian terhadap Sumur Tujuh Cidunak. Ia juga berharap Sumur Tujuh Cidunak ditetapkan sebagai situs Cagar Budaya Cilegon.
Suwandi menuturkan, Sumur Tujuh merupakan peninggalan leluhur Cidunak yang harus dijaga dan dirawat kelestariannya sebagai warisan benda maupun tak benda.
“Harapannya ada perhatian dari pemerintah dan bisa masuk kedalam situs budaya peninggalan sejarah atau cagar budaya,” kata Suwandi.
Ia menyebut, sebelum adanya perbaikan pada Agustus lalu, kondisi Sumur Tujuh Cidunak sangat memprihatinkan dan bangunannya nyaris roboh. Bersama tokoh masyarakat, pemuda, dan warga sekitar, akhirnya dilakukan perbaikan Sumur Tujuh Cidunak.
Menurutnya, perbaikan itu dilakukan untuk menjaga dan merawat sejarah yang terkandung di dalamnya sehingga dapat menjadi materi pendidikan dan pembelajaran bagi generasi mendatang.
“Renovasi dilakukan warga atas dasar kesadaran bersama untuk merawat kekayaan bernilai sejarah yang bangunannya hampir roboh karena dimakan usia. Alhamdulillah dari niat tersebut tanpa ada uang sepeserpun pemugaran bisa berjalan dengan lancar hingga sekarang ini,” tuturnya.
Sejarah Sumur Tujuh Cidunak
Suwandi berkisah, sekitar tahun 70-an, seorang yang mengaku berasal dari Terate Udik datang ke Lingkungan Cidunak menemui sejumlah tokoh setempat. Ia mengaku mendapat bisikan akan adanya sebuah sumur di Lingkungan Cidunak.
Setelah menceritakan kepada warga sekitar, akhirnya ditemukanlah sebuah bangunan tua dan sederhana di tengah sawah yang di dalamnya terdapat sebuah kolam dengan tujuh lubang, yang akhirnya hingga sekarang dikenal dengan nama Sumur Tujuh Cidunak.
“Awalnya seseorang datang mengaku mendapat bisikan soal keberadaan sumur ini. Sambil membawa segumpal tanah, ia lalu mencocokkan tekstur tanah yang ia bawa dan tanah yang ada di lokasi ini dan ditemukanlah sumur ini, yang disebut sebagai petilasan Nyai Nurwana,” ungkapnya.
Suwandi menuturkan, saat ditemukan terdapat beberapa benda seperti cambuk, tapal kuda, batok kelapa untuk mengambil air, dan peninggalan lainnya.
Ia mengaku tidak tahu menau mengenai sosok Nyai Nurwana. Bahkan para pendahulunya juga tidak ada satupun yang dapat menuturkan siapa sebenarnya Nyai Nurwana.
“Orang yang datang kemari cuma bilang kalau Nyai Nurwana merupakan salah satu pejuang yang ada di Banten dan semenjak itu ada beberapa peziarah dari luar kota yang datang ke tempat ini,” jelasnya.
Suwandi menyebut, rata-rata peziarah datang dari Karawang, Cikampek, dan Cirebon dengan cerita berbeda-beda dan berbau mistis. Selain mistis, ada hal unik juga dari keberadaan Sumur Tujuh Cidunak. Air yang berasal dari sumur tujuh tidak bisa mendidih meski dimasak lama.
“Dulu sih begitu, tidak tahu kalau sekarang. Banyak juga yang memanfaatkan air dari sumur tujuh yang punya sembilan lubang ini untuk berbagai maksud dan tujuan. Ada yang bawa pulang, ada juga yang mandi atau berendam disini,” ucapnya.
(*Red/Fer)