SETIAP tanggal 10 November, kita memperingati sebagai Hari Pahlawan. Segenap warga dari penjuru daerah, terutama dilingkungan pemerintah dari pusat sampai daerah begitu pula dengan masyarakat baik dari kalangan tua, muda, sampai anak kecil, dan pelajar dengan melakukan berbagai kegiatan. Seperti upacara yang diselipi mengheningkan cipta untuk para pahlawan atau ada yang melakukan ziarah ke makam pahlawan untuk mengenang pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, sangat disayangkan mutu peringatan itu terasa menurun dari tahun ke tahun, terutama generasi muda makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Hari Pahlawan yang selalu kita peringati hendaknya jangan hanya mengedepankan unsur seremoni belaka, tanpa menghayati nilai-nilai perjuangan yang dipesankan oleh para pahlawan ini. Akan sangat ironi bila memperingati hari pahlawan sebatas seremoni saja tanpa mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Para pemuda tidak benar-benar mengisi kemerdekaan ini dengan belajar untuk membangun bangsanya.
Bila kita melihat sejarah menunjukkan ada proses panjang dalam meraih kemerdekaan bangsa ini dan didapat dengan cara yang tidak mudah, berapa banyak tetes keringat dan darah yang dipertaruhkan oleh para pejuang untuk melawan penindasan penjajah. Bahkan tangis kepiluan seolah menjadi kawan setia seluruh keluarga pejuang yang dengan keikhlasannya rela kehilangan anggota keluarganya ketika harus menjadi korban pada saat berikhtiar mengusir penjajah di negeri ini.
Keberadaan penjajah dalam menguasai wilayah nusantara terhitung relatif sangat lama, mulai dari Belanda 350 tahun dan Jepang 3,5 tahun. Mereka berjuang dan berkorban, sejak periode “merebut kemerdekaan” hingga periode kritis ketika harus “mempertahankan kemerdekaan” yang telah diproklamasikan semangat itu tidak pernah lenyap dari sanubari para pejuang.
Dalam konteks kekinian, memaknai pahlawan hanya pada orang-orang yang hanya berjuang melawan penjajah akan menegasikan kontribusi peran-peran lain kini relevan dalam meneruskan perjuangan bangsa. Soekarno mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Ungkapan ini sangat tepat disampaikan sekarang. Setelah Indonesia dan banyak negara-negara lainnya lepas dari kolonialisme, mereka harus berjuang untuk membangun bangsanya.
Tantangannya juga dari bangsa sendiri seperti korupsi, radikalisme, dan upaya untuk merubah Pancasila sebagai dasar negara. Apa yang dilakukan setelah perjuangan fisik tersebut nilainya bisa jadi setara atau bahkan lebih jika dibandingkan dengan kontribusi yang diberikan oleh para pahlawan dalam arti yang ada saat ini. Siapa saja yang bisa menjadi pahlawan di era kekinian dan dimasa mendatang?
Sesungguhnya setiap warga Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral untuk memperjuangkan dan mengabdikan hidupnya demi kemajuan bangsa dan tanah air. Perjuangan dan pengabdian tersebut tidak terbatas pada status sosial, profesi, pangkat jabatan, waktu, usia, suku dan agama. Namun perjuangan dan pengabdian kepada bangsa dan negera merupakan kewajiban semesta bagi setiap anak bangsa Indonesia. Contohnya, bagi para penguasa harus berjuang, bekerja keras dan mengabdikan diri untuk kesejahteraan rakyat, mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongannya.
Bagi para para guru dan dosen harus mengabdikan dirinya, memberikan tauladan dan pendidikan yang baik kepada anak didik atau mahasiswanya secara profesional. Bagi para birokrat harus memberikan pengabdian dan pelayanan secara maksimal, menghilangkan sistem birokrasi panjang yang kental KKN. Bagi para anggota Dewan Perwakilan Rakyat, baik pusat dan daerah, harus bekerja untuk kesejahteraan rakyat secara maksimal, bukan bekerja untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya, apalagi sampai terjadi adu jotos pada saat sidang dan mempertontonkan hal-hal yang tidak seronoh di depan publik.
Bagi para petani harus terus berjuang dan bekerja secara maksimal untuk kebaikan hasil produksi pertanian, agar ketersediaan pangan stabil, demi kesejahteraan masyarakat umum. Bagi para orang tua harus berjuang secara maksimal untuk menghidupi dan mendidik anak-anak mereka agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi agama, negara dan bangsa. Bagi para kiai dan Tuan Guru, harus terus mengabdikan diri dengan ikhlas dan istiqamah dalam memberikan pengajian serta pencerahan agama bagi ummatnya, agar kehidupan manusia menjadi lebih teratur, keimanan serta ketaqwaannya semakin meningkat.
Begitu pula bagi anak muda yang mampu menginspirasi generasi muda lainnya dengan kreativitasnya sehingga menggerakkan jutaan anak muda lainnya untuk memaksimalkan potensinya adalah bagian penting dari dinamika di usia mereka yang layak diapresiasi. Mereka juga pahlawan. Tentu saja, pada setiap bidang dan profesi, terdapat orang-orang yang memberi kontribusi besar kepada bangsa dan kepada kemanusiaan secara umum.
Dukungan yang diberikan kepada para pejuang dan pahlawan baru tersebut akan mempermudah kerja-kerja yang selama ini telah mereka lakukan. Jangan biarkan mereka berjuang sendirian untuk mencapai tujuan besar yang ingin mereka raih. Jangan sampai kita hanya berebutan memberikan apresiasi setelah mereka terkenal saja karena perjuangan terberatnya adalah saat-saat dalam proses pencapaian tujuan.
Saat ini ada banyak sekali bakat terpendam penduduk Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, ada beragam bakat dan keunikan. Tinggal bagaimana kita mengasah agar bakat tersebut bisa berkembang maksimal.
Oleh karena itu, sudah selayaknya generasi saat ini melakukan instrospeksi diri untuk senantiasa melanjutkan perjuangan dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara serta dengan mensyukuri kemerdekaan yang telah diraih dengan tidak melupakan sejarah para pejuang yang telah melepaskan bangsa ini dari cengkeraman penindasan para penjajah.
Maka sangat tepat, ketika Bung Karno dengan tegas dan lantang berpesan “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Semboyan ini benar-benar memberikan pelajaran bagi generasi saat ini agar menghayati perjalanan sejarah masa lalu, supaya tidak terulang kembali masa kelam dan pahit penjajahan dikemudian hari.
Perjuangan para pahlawan bangsa yang telah menjadi syuhada bangsa yang ihklas merelakan jiwa raganya, seharusnya menjadi inspirasi dan suri tauladan yang luhur bagi kita semua sebagai generasi bangsa untuk melanjutkan dan mencapai cita-cita para pejuang kemerdekaan dan seluruh rakyat, menuju Indonesia maju. Sehingga dikemudian hari, ada tawa berseri, dari Ibu Pertiwi.
Penulis Adalah Pengurus Ponpes Al-Insan
Dan Pegawai Sekretariat DPRD Kota Cilegon