Serang, CNO – Satu bulan menjelang puasa, stok beras di Provinsi Banten aman. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten Agus M Tauchid usai mendampingi Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo saat panen padi raya di Desa Sujung, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Rabu (8 Februari 2023).
Berdasarkan perhitungannya, hingga bulan Maret 2023 nanti kebutuhan konsumsi beras masyarakat mencapai lebih dari 345 ribu ton.
Sedangkan menurut Agus, produksi beras di Banten dari periode bulan Januari sampai Maret 2023 mencapai 508.530 ton dari luas panen 111.132 hektar, sedangkan untuk kebutuhan konsumsi penduduk Banten selama periode tersebut sebesar 345.704 ton.
“Sehingga terdapat kelebihan produksi sebesar 161.826 ton selama periode tiga bulan ini dari luas lahan 27.361 hektar di Kabupaten Serang,” kata Agus usai
Agus juga mengatakan, saat ini total panen di Provinsi Banten di bulan Februari sudah mencapai 65.098 hektar sawah. Dari jumlah tersebut, 12.218 hektarnya dari wilayah Kabupaten Serang yang merupakan salah satu lumbung padi andalan selain Kabupaten Pandeglang dan Lebak.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Agus, produksi beras di Provinsi Banten tahun 2022 sebesar 1.01 juta ton. Jumlah itu meningkat sebesar 98,85 ribu ton atau 10,83 persen dibandingkan tahun 2021.
“Atas hal itu, Provinsi Banten menduduki peringkat Ke-8 sebagai provinsi penghasil beras nasional,” katanya.
Utamakan Kebutuhan Daerah
Pada kesempatan yang sama Pj Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan, Pemprov Banten berkomitmen untuk memaksimalkan hasil petani Banten guna memenuhi kebutuhan daerah terlebih dahulu. Setelah kebutuhan daerah terpenuhi, jika stok berlebih maka akan dikirim ke daerah lain.
“Dari lokasi persawahan ini, jarak ke DKI Jakarta sekitar 120 kilometer. Artinya, hasil produksi padi kita yang surplus bisa kita kirim ke sana,” kata Pj Gubernur Banten Al Muktabar.
Pengembangan itu, lanjut Al Muktabar, bisa dioptimalkan oleh badan usaha yang saat ini dimiliki oleh Pemprov Banten atau bisa juga melalui Rice Milling Unit (RMU) yang dimiliki oleh para petani.
“Potensi persawahan di sini sangat potensial, makanya kita akan optimalkan dari sisi hulu maupun hilirnya termasuk pasca panennya,” ujarnya.
(*Fer/Red)