Cilegon, CNO – Salah satu panelis dalam debat publik pertama Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon menyebut para calon terlihat lebih banyak berwacana serta belum mengarah ke aplikasi.
Hal ini dikatakan Suwaib Amiruddin saat dihubungi Cilegon News melalui sambungan telpon beberapa saat setelah pelaksanaan debat, Sabtu (21 November 2020).
Kendati seluruh pasangan calon memahami pertanyaan yang disampaikan moderator, akan tetapi menurut Suwaib, jawaban-jawaban yang disampaikan belum ada yang mengarah ke persoalan
“Memang beliau menyampaikan beberapa persoalan di Kota Cilegon, akan tetapi belum begitu mendetail kearah persoalan yang harus diselesaikan,” kata Suwaib.
Padahal menurutnya, kepala daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan sehingga dengan kebijakan itu akan dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang ada.
“Misalnya ada masalah A, kira-kira anda mengambil kebijakan apa gitu. Nah jadi kepala daerah itu nggak boleh bermain wacana tapi lebih bermain kebijakan,” kata dosen FISIP Untirta ini.
Selain berwacana, Suwaib juga melihat para kandidat bermain ke hal-hal yang sifatnya fenomenal.
“Harus lebih ke hal-hal ketika menjadi kepala daerah akan melakukan ini, jadi harus dipatenkan, supaya publik juga melihat bahwa ternyata ini layak menjadi kepala daerah karena komitmennya,” katanya.
Suwaib juga mengatakan, jawaban yang disampaikan olah para calon lebih banyak ke hal-hal yang sifatnya teknis padahal di dalam debat harusnya membahas program-program unggulan pada saat para kandidat menjadi kepala daerah.
“Isu-isu itu lebih banyak bermain kepada hal-hal yang umum dan saya kira selama ini yang dilihat di permukaan ya aktivitas sosial semua calon. Tapi kan berbeda aktivitas ketika belum menjadi kepala daerah dengan ketika menjadi kepala daerah. Jadi isu-isu yang sifatnya normatif lebih banyak disampaikan ketimbang dengan sifatnya yang lebih operasional,” tuturnya.
Dia tak memungkiri keterbatasan waktu bisa saja menjadi kendala untuk menyampaikan berbagai hal yang ingin disampaikan para calon. Kendati demikian, saat calon sudah memiliki kesiapan, keterbatasan waktu bisa dikesampingkan.
Oleh karenanya, di debat berikutnya Suwaib menyarankan kepada para kandidat untuk lebih memaknai pertanyaan bukan memahami.
“Kalau cuma dipahami kan ya sekedar bicara saja, tapi dimaknai dulu, oh ternyata seperti ini maknanya, maka mungkin solusinya ini,” timpalnya.
Terpisah, Ketua DPD KNPI Kota Cilegon Najmudin mengapresiasi debat publik Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon yang telah usai digelar.
Menurutnya, sudah semestinya calon pemimpin itu dibedah kemampuannya dalam melayani masyarakat dan juga dalam memberikan solusi konkrit atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Cilegon.
“Pengamatan saya seputar debat perdana tadi cukup baik walaupun memang secara fair dan obyektif saya menilai bahwa masing-masing calon memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” tuturnya.
Menurutnya, masyarakat non partisan dan rasional mampu menilai secara lebih obyektif terhadap paslon yang lebih mempunyai gagasan dan kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang ada di Kota Cilegon berdasarkan debat perdana.
“Semoga debat terakhir nanti lebih menggigit dan menyentuh pada akar permasalahannya dan para calon memberikan simulasi penanganan dan penyelesaian masalah,” ucapnya.
Lantaran menurutnya, yang diperlukan masyarakat Cilegon adalah solusi konkrit dari para kandidat terkait permasalahan-permasalahan di kota ini.
“Misalnya cara jitu mengatasi masalah banjir, masalah kemiskinan, masalah pengangguran serta budaya korupsi di tubuh birokrasi dan lain-lain,” timpalnya.
(*Fer/Red)